Tentang Waktu

        Ketika aku sedang terdiam di teras-teras toko, menatap jalanan yang basah sembari menunggu hujan mereda. Ketika tubuhku  terbaring di hijaunya rerumputan, mataku tak henti-hentinya memandangi cakrawala sembari menerka awan apa yang akan melintas di atas kepalaku. Ketika aku terbaring di kasur yang kosong, kuharap detak jarum jam yang berirama membuatku terlelap dalam peraduan. Ketika aku duduk termangu di pinggiran jalan, menanti seseorang untuk menghampiriku. Ketika diriku gelisah di suatu tempat menunggu kesempatan untuk membuktikan pada dunia siapa sesungguhnya aku.

            Salah satu bagian tersulit dalam hidup adalah menunggu momen terbaik. Waktu  terus berjalan merampas kemungkinan-kemungkinan yang kita punya. Rasa bosan yang melanda menghabisi kesabaran dan usaha yang sudah kita lakukan. Ketidakpercayaan akan menyelimuti hati kita dan membuat kita tenggelam ke palung yang terdalam.

            Untuk apa kita menunggu? Berharap-harap cemas penuh selidik. Membuat malam-malam menjadi penuh gelisah. Memang waktu akan menyembuhkan luka, tetapi waktu hanya memberikan kita sebuah kesempatan. Jadi untuk apa kita abdikan diri untuk menunggu? Suatu hari kita akan terbangun dan tak ada lagi waktu yang kita miliki. Maka lakukanlah apa yang ingin kau lakukan sekarang.

Lalu apa itu waktu? Jika kau bertanya, aku tak tahu. Tapi jika kau tak bertanya aku tahu itu.

Kage-