Aku begitu terlena ketika memandangi
langit di kala terik siang. Seakan tanganku mampu meraihnya saat aku tahu bahwa
semua itu semu dan kenyataan akan selalu berbeda dari apa yang aku bayangkan.
Aku pikir aku bisa merengkuh lapang langit; yang acap kali kuumpamakan sebagai
kedalaman matamu. Pada akhirnya aku hanya menyusun kemungkinan-kemungkinan
kecil: tentangmu yang sudah habis waktunya. Sekali lagi aku berpikir, aku
merindukan tatapan hangat matamu.
Langit tak pernah berubah, dan tak akan
pernah akan. Selalu saja mengambang tenang di ketinggian dan tak peduli pada
segala hal yang menimpanya. Begitu tegarnya langit menghadapi kenyataan yang
tak jarang pahit ketika dirasa. Entah biru bening atau hitam pekat yang
tergambar, ia tetap saja langit. Langit tak pernah menjadi sesuatu yang lain,
karena begitulah yang diinginkan langit tentang segala sesuatu yang tak
diinginkannya. Aku senantiasa berpikir langit sudah puas menjadi dirinya.
Tak ada hubungan khusus antara aku,
langit, atau bahkan dirimu. Aku hanya menyukai langit, terutama langit di siang
hari. Saat langit terlihat begitu lapang membentangkan dirinya. Awan-awan putih
sesekali menjamah bagian-bagian tubuhnya dan matahari sesekali bersembunyi
dibaliknya. Aku selalu berpikir bahwa bentuk kebebasan adalah seperti langit
siang yang cerah. Terkadang aku membayangkannya sebagai dirimu, terkadang aku
membayangkannya sebagai aku yang telah mendapatkan apa yang aku inginkan
padahal aku belum benar-benar tahu apa yang sesungguhnya aku inginkan.
Ketika aku ditanya ingin menjadi apa
kelak di masa depan, aku tak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya hatiku
diam-diam selalu membisikkan tentang langit kepadaku. Bisikan lirih di
sela-sela desau angin di musim panas. Aku pikir aku ingin menjadi seperti
langit di terik siang saat musim panas. Begitu menggelora namun menyimpan
kedalaman yang tak akan bisa dijangkau siapapun. Sebab itulah aku membenci
musim hujan. Kenyataan-kenyataan pahit acap kali menghajar kesadaranku di musim
hujan. Aku pikir musim hujan dengan langit pekatnya memiliki rencana untuk
membunuhku dalam kekosongan.
Aku ingin menjadi langit. Aku juga ingin
kamu menjadi langit. Lalu kita berdua menjelma langit dan langit yang hanya
bisa dipahami oleh kita berdua. Sebuah rahasia antara dua hati yang saling
berkejaran.